Alasan itu pula yang melatar belakangi Pradjoto, praktisi hukum yang memiliki rumah di bilangan Ciputat, Tangerang. Di rumahnya yang seluas 1.000 meter persegi ini baik sofa, karpet, gorden dan lukisan di dinding serta perabotan lain didesain sedemikian rupa sehingga menciptakan pemandangan dan rasa yang nyaman. “Saya sama sekali tidak merasa memiliki selera tinggi,” katanya merendah.
Menurut Prajoto, dirinya hanya ingin masuk rumah mendapatkan sesuatu yang menentramkan batin. Pulang kerja, badan capek, tentunya saya ingin kesejukan di rumah ini,” katanya mengenai rumah yang ditinggali bersama seluruh keluarganya itu.
Untuk menciptakan rasa nyaman itu, Pradjoto mengaku mendesain sendiri interior rumahnya bersama dengan sang instri. Tema dari interior yang ia kembangkan sederhana saja, terbuka/lapang dengan pilihan warna yang cenderung terang. “Rumah ini saya desain sendiri loh. Hampir setahun lamanya saya dan istri merancang dan memilih aksesoris untuk interior rumah ini,” jelasnya.
Pradjoto juga mengaku sama sekali tidak memanggil siapapun, apalagi yang namanya arsitek. Ia mengaku belajar otodidak dari buku atau majalah yang ia lihat. Kalau dirasakan bagus ia mencoba menerapkannya di rumahnya sambil menimbang-nimbang mana desain yang dirasakan pas di hati.
Harmonisasi
Bagaikan seorang arsitek ulung, disain interior rumah si pemilik dirancang sederhana dengan konsep keterbukaan. Kesederhanaan dalam interior membuat rumah Pradjoto terasa lapang. Di ruang tamu misalnya, ia letakkan empat set sofa tamu dengan bermacam-macam bentuk. Di tepi sebelah kiri ruangan tamu, terdapat cermin berukuran besar sebagai penyekat ruangan. Ruangan ditata sederhana, tetapi dengan penempatan perabotan rumah yang tepat, memberikan kesan kemewahan yang harmonis ke seluruh ruangan.
“Saya senang karena jerih payah mendesain interior rumah ini memberikan kepuasan. Dan itu saya kira merupakan bentuk pertanggungjawaban saya kepada Tuhan juga,” kata Pradjoto.
Ia menolak bila dikatakan interior yang ia desain tergolong mewah atau eksklusif. Menurutnya, yang penting bukan mahal tidaknya perabotan atau aksesoris yang membuat interior rumahnya kelihatan enak dipandang dan nyaman ditempati, namun yang utama adalah keserasian atau harmonisasi dengan sang pemilik. Jadi katanya, percuma saja bila interior mewah namun tidak memberi kenyamanan di hati.
Faktor kenyamanan ternyata tidak hanya diperlukan oleh rumah atau tempat tinggal (residence). Properti lain seperti perkantoran juga ternyata membutuhkan interior yang memberi rasa nyaman. PT MLC Indonesia adalah contoh tepat betapa pentingnya aspek interior bagi perusahaan. Perusahaan asuransi asal Australia ini menempati satu lantai di Gedung Nugra Santana di Jalan Sudirman.
Dibandingkan perusahaan lain yang menempati gedung perkantoran lain di Jakarta, MLC tergolong unik. Mengapa? Tidak lain karena desain interior di kantor ini “berani tampil beda”. Kebanyakan kantor atau perusahaan lain, entah karena tidak peduli atau tidak punya dana khusus, sama sekali tidak mendesain secara khusus ruangan kantornya. Kalau pun ada, interiornya kebanyakan terkesan klasik.
Tema Pantai
Di MLC tidak demikian. Menurut penuturan dari Fiona Siahaan, Corporate Communications PT MLC Indonesia, ruangan kantor justru dirancang khusus. Kali ini tema yang diusung adalah bertemakan pantai. Dengan demikian masing-masing ruangan membawakan interior yang berbeda-beda namun dengan satu konsep yakni nuansa pantai.
SH yang sempat berkunjung tak urung berdecak kagum.
Tempat pantry yang biasanya hanya berisi rak perkakas dapur, kali ini didesain dengan diberi kanopi dan meja serta bangku seperti layaknya suasana di pantai. Di salah satu titik di sepanjang koridor kantor, ada seperangkat kursi malas, payung besar dan meja kecil, persis seperti bila kita bersantai di pantai Kuta (Bali) atau Senggigi di Lombok. Di bagian lain kantor yakni di ruangan utama, terdapat ruang pertemuan antar pegawai sekedar bersantai sebentar. Uniknya, lantai ruangan beralaskan pasir, mengingatkan pada hamparan pasir putih di pantai.
Pertanyaannya, mengapa MLC mau melakukan terobosan yang unik ini?
“Ini memang sudah menjadi kebijakan dari manajemen MLC dan berlaku di seluruh cabang MLC termasuk di Indonesia. Hal ini merupakan strategi perusahaan untuk memberikan rasa nyaman dalam bekerja sehingga berbuah pada produktivitas karyawan,“ kata Fiona.
Ia menjelaskan, tema pantai yang menjadi sentral dari desain interior MLC Indonesia dipilih sendiri oleh karyawan melalui voting. Dan tema tersebut berbeda dengan tema yang dibawakan oleh kantor MLC lain seperti di Australia, Malaysia, dll.
“Happy“
Untuk rancangan atau desain, MLC khusus menyewa arsitek interior yang memberikan advis pilihan desain hingga selanjutnya menjadi apa yang dinikmati saat ini. Beruntung pula, manajemen MLC memberikan bantuan dana untuk merealisasikan desain tersebut. “Yang pasti interior yang kita buat tidaklah mahal, masih masuk dalam anggaran yang diberikan manajemen. Bagi kita yang terpenting bukan mahal, tetapi bagaimana interior itu membuat kita bekerja lebih nyaman, kreatif dan produktif,“ katanya.
Dan terbukti, tambahnya, terasa ada suasana yang jauh lebih baik dalam situasi kerja di kantor MLC. Fiona mengaku, rekan-rekannya merasa lebih happy dalam bekerja. Meski disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk, namun hati dan pikiran jauh lebih tenang. Tak lain berkat interior kantor yang terkesan lebih lapang, bersih dan pas di hati.
Barangkali strategi dari perusahaan sekelas MLC Indonesia ini bisa menjadi teladan bagi perusahaan lain. Jangan salah, interior bagus tidak selalu identik dengan mahal. Anda mau mencobanya?
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Terima kasih telah membaca artikel tentang Nyaman Tak Selalu Identik dengan Mewah di blog Bangun Renovasi Rumah Cheria jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.