Oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Harian Republika, Juni 2005
Assalamu'alaikum wr wb. Saya ingin sekali merenovasi rumah yang sudah berumur lebih dari 10 tahun. Bukannya untuk mengejar mode desain rumah yang belakangan kian bervariasi, tapi karena pada beberapa bagian rumah sudah layak untuk dibongkar karena lapuk dan banyak bocor. Dan terus terang saja kebutuhan ruang pun sebenarnya mendesak, cuma saya berusaha menerima keadaan rumah apa adanya.
Sejak membeli rumah lima tahun lalu, saya belum melakukan renovasi berarti pada rumah. Dana eksis yang ada di dalam tabungan saya cuma Rp 50 juta. Tiap bulannya saya bisa menyisihkan Rp 5 juta untuk menabung. Dari perhitungan dengan arsitek yang mendesain rumah kami, untuk kualitas standar bangunan yang kami inginkan tersebut diperlukan dana sekitar Rp 300 juta untuk membangun rumah, bukan sekadar renovasi. Ada kekurangan dana sebesar Rp 250 juta.
Saya ingin berembuk dengan Pak Gozali soal pilihan renovasi atau membangun rumah keseluruhan dengan kemampuan keuangan saya yang ada. Kalau saya membangun rumah sekaligus, maka total biaya yang dikeluarkan bisa lebih sedikit dibanding jika melakukan renovasi sebagian demi sebagian. Mana yang bisa saya pilih? Banyak orang mengatakan bahwa kalau membangun rumah itu harus nekad, kalau menunggu uangnya cukup bisa malah tak membangun rumah. Apakah berarti saya harus utang bank? Bisakah Bapak membantu saya menentukan keputusan dengan bijaksana? Terima kasih atas saran dan jawabannya. Wassalam.
Hafidz Anggoro
Joglo, Jakarta Barat
Jawab:
Pak Hafidz, sayang Anda tidak menyebutkan ukuran rumah atau berapa anggota keluarga Anda. Karena kalau kita lihat, biaya pembangunan rumah Rp 300 juta itu sudah lumayan besar kalau tujuan Anda memang bukan untuk mengikuti tren model rumah, melainkan ingin memiliki rumah yang tidak lagi bocor dan dengan ruangan yang cukup. Kalau Anda lakukan survei ke perumahan-perumahan, bisa dilihat bahwa harga rumah sekitar Rp 300 juta adalah rumah dengan ukuran yang lumayan besar, mungkin rumah dengan ukuran bangunan di atas 100 meter. Dan ingat, harga rumah di perumahan itu bukan hanya bangunannya saja, tapi sudah termasuk tanahnya juga lho.
Untuk menunggu sampai uangnya cukup, rasanya terlalu lama. Padahal kebutuhan akan rumah sudah semakin mendesak dengan mulai rusaknya kondisi rumah dan keperluan penambahan ruangan. Tapi, kalau harus mengambil kredit dengan nominal Rp 250 juta juga sepertinya cukup berat. Kalau dihitung-hitung dari jumlah yang bisa Anda tabungkan per bulan itu menjadi cicilan hutang semua, maka hutangnya akan bisa dilunasi dalam jangka waktu sekitar 5 tahun. Tapi ingat, yang dihitung oleh bank bukanlah seberapa besar Anda mampu menabung, bank memiliki patokan sendiri untuk cicilan hutang. Yaitu 30 persen atau 40 persen dari penghasilan rutin per bulan. Jadi, kalau kita misalkan penghasilan Anda Rp 8 juta dan selama ini Anda bisa menabung Rp 5 juta. Bank hanya akan memperbolehkan Anda untuk mencicil Rp 2,4 atau paling besar Rp 3,2 juta. Ini berarti jangka pelunasannya bisa lebih dari 10 tahun. Bisa jadi Anda sudah butuh renovasi lagi pada saat kreditnya lunas.
Saran saya, kalau pun Anda harus mengambil kredit dari bank, pastikan cicilannya tidak akan memberatkan Anda karena kebutuhan lain di masa depan akan tetap ada. Jangan alokasikan semua potensi surplus untuk membayar hutang. Apalagi hutang jangka panjang. Karena kalau tidak ada tabungan sama sekali, Anda bisa jadi perlu berhutang lagi untuk menutupi kebutuhan yang mendesak. Dengan bertambahnya hutang, cicilan yang harus dibayar pun akan semakin besar. Akibatnya, kemampuan keuangan Anda malah terus berkurang dari waktu ke waktu.
Coba ajukan kredit dengan skema KPR pada bank agar jangka waktunya bisa diatur cukup panjang sehingga cicilannya pun bisa lebih ringan. Coba bicarakan kembali dengan arsitek Anda dan minta ia untuk memberikan saran untuk meminimalisir biaya pembangunan rumah ini. Sekarang ini sudah banyak konsep pembangunan rumah dengan biaya minimal, namun dengan kualitas dan penampilan yang tidak kalah menarik. Misalnya, dengan memanfaatkan bahan-bahan tertentu yang lebih murah dan mudah didapat, atau menghindari penggunaan bahan-bahan yang lebih bersifat artistik, namun kurang fungsional.
Sebagai langkah alternatif, coba survei berapa harga rumah baru di sekitar tempat tinggal Anda sekarang dengan ukuran yang Anda inginkan. Lalu bandingkan dengan harga tanah yang sekarang Anda tempati. Kalau ternyata harga tanahnya sudah lebih tinggi dari harga rumah baru (beserta tanahnya), kenapa tidak Anda jual saja tanah Anda sekarang dan pindah ke rumah baru yang lebih murah. Memang langkah ini mungkin tidak akan Anda sukai karena harus pindah lokasi rumah, tapi setidaknya layak dipertimbangkan sebelum membuat keputusan.
Salam
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Terima kasih telah membaca artikel tentang Renovasi Rumah di blog Bangun Renovasi Rumah Cheria jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.