Kenapa tidak. Dengan kasat mata, pertumbuhan kedua produk properti itu terlihat kencang sekali. Tidak salah menyebut di mana-mana ada ruko dan rukan. Lihat saja di sejumlah titik di Bekasi, Bogor, Tangerang, dan pinggiran Jakarta, semua bersemai ruko dan rukan baru dengan berbagai gaya dan konsep.
Tidak di pinggiran atau malah di dalam kota Jakarta, ruko dan rukan seperti membiak.
Soal harga sangat bervariasi, mulai dari kelas Rp700 jutaan hingga Rp6 miliar per unit.
Harga ruko ditentukan oleh lokasi, semakin bagus semakin mahal, semakin ramai semakin selangit.
Muhammad Sya'ban, pelaku bisnis properti, mengatakan pasar ruko dan rukan lagi tumbuh sehingga banyak proyek yang muncul.
Ruko kebanyakan tumbuh di kawasan properti permukiman. Tidak heran di setiap kawasan pengembangan perumahan akan ada ruko sebagai pelengkap dari proyek pengembangan kawasan itu.
Sementara itu, rukan biasanya banyak dikembangkan di daerah sentra bisnis dengan harga tentu akan lebih mahal ketimbang ruko.
Tidak sedikit berkembang model klaster mini ruko atau rukan dengan memanfaatkan lahan berkisar 3.000 m2 hingga 1 ha.
Proyek rukan Permata Boulevard di Srengseng, Jakarta Barat, menjadi salah satu contoh klaster mini tersebut.
Pengembangan proyek klaster mini seperti itu, mengingatkan pada tipikal proyek rumah bandar yang juga banyak muncul saat ini pada luasan lahan serupa.
Perbedaan antara rumah bandar dan rukan kemungkinan lebih kepada target pasar atau karakteristik lokasi lahan.
Pada lokasi tertentu memungkinkan hunian lebih cocok ketimbang rukan atau ruko. Atau sebaliknya.
Tarkait dengan rukan, Sya'ban mengungkapkan berdasarkan pengalamannya menggarap proyek rukan ternyata menarik kalau dikembangkan pada lokasi yang tepat.
Dia memberi contoh di kawasan Warung Buncit bisa dibandrol dengan harga Rp2,3 miliar untuk rukan empat lantai.
Sementara di Ciledug, Tangerang cukup dipaket dengan harga berkisar Rp750 juta hingga Rp1 miliar.
Satu unit ruko atau rukan tiga lantai standar tipenya 4,5mx15 m dan empat lantai 5mx15 m.
Sementara itu, Ali Hanafia Lijaya, anggota broker properti senior dari Century 21, mengatakan permintaan pasar untuk ruko dan rukan masih tinggi.
Hal itu diukurnya dari tren harga rukan dan ruko yang terus naik stabil yang menunjukkan permintaan telah memengaruhi perkembangan harga ke arah kurva positif.
Namun, lanjutnya, tidak semua kawasan seperti itu. Sebagian kawasan ternyata juga sepi peminat.
Dalam hal ini, menurut dia, pengembang harus jeli melihat lokasi sehingga bisa menciptakan pasarnya.
Ali memberi contoh ruko dan rukan di kawasan Sentra Primer Puri Indah, Jakarta Barat, yang terus mencapai tren peningkatan harga karena tingkat permintaan yang cukup besar bagi pasokan di kawasan itu.
Menurut dia, salah satu penyebab tingginya permintaan untuk rukan di kawasan itu karena belum ada representasi proyek perkantoran vertikal di sekitar kawasan itu.
Dengan begitu, lanjutnya, kebutuhan ruang kantor di daerah itu dipenuhi oleh rukan.
Satu lagi yang dicontohkan Ali adalah rukan di pusat pengembangan Permata Senayan yang kini berharga di kisaran Rp2,5 miliar hingga Rp3 miliar.
Padahal, ungkapnya, awalnya harga rukan di Permata Senayan hanya berkisar Rp950 juta.
Bahkan di kawasan arteri Pondok Indah dan Gallery Simprug sudah mencapai Rp4,5 miliar.
Orientasi pasar
Harry Jap, Ketua Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta, mengatakan pasar ruko dan rukan memang masih ada. Tetapi, pasar membutuhkan orientasi model pengembang yang baru.
Dalam hal ini, rukan tidak akan laku lagi kalau ditawarkan dengan konsep yang konservatif dan kaku. Pasar saat ini mencari rukan yang dikembangkan dengan kelengkapan fasilitas dan tematik.
Dia memberi contoh konsumen rukan atau ruko mencari proyek yang menawarkan ruang parkir pribadi di bawah tanah.
Atau juga ruko yang dikembangkan untuk komunitas tertentu, seperti? sentra elektronik, mebel atau berbagai produk dan jasa yang bersifat sejenis.
Saat ini, menurut Harry lagi, pasar sangat menyukai rukan yang dikembangkan di kawasan apartemen.
Beberapa pengembang sudah menggarap rukan model ini, seperti Permata Senayan dan Sudirman Park.
Bahkan, ada konsep pengembangan rukan yang dikombinasikan dengan konsep city walk, yang tentu akan cukup menarik bagi pasar.
Senada dengan itu, Sya'ban mengatakan rukan atau ruko yang menawarkan fasilitas khusus, seperti penyediaan parkir pribadi di bawah tanah, akan bisa dijual denga harga yang lebih tinggi.
Dan biasanya pasar tidak mempermasalahkan tingkat harga yang dipatok sedikit lebih tinggi dari produk yang biasa.
Isu-isu seperti itu semestinya menjadi perhatian bagi pengembang yang terjun di proyek rukan dan ruko.
Masalahnya, menyediakan parkir bawah tanah atau citywalk bukan sekadar untuk menaikkan harga properti yang mau dijual, tapi juga merupakan kebutuhan pasar yang haus akan pemenuhan kebutuhan fasilitas secara paripurna. Dengan begitu kalau mereka berkantor atau berdagang bisa menjalani dengan nyaman dan menyegarkan.
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Terima kasih telah membaca artikel tentang Rukan Dan Ruko Pun Membiak di blog Bangun Renovasi Rumah Cheria jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.