Nirwono Joga
Tak pelak salah satu konsep arsitektur yang paling digemari tahun ini adalah bangunan berkonsep arsitektur minimalis. Mulai dari bangunan rumah, vila, rumah toko, kantor, kafe, hingga gedung bertingkat semua bergaya minimalis. Sebagian besar pengembang properti berlomba-lomba menjajakan bangunan rumah berarsitektur minimalis.
Karya arsitektur bangunan, apa pun konsepnya, merupakan pilihan-pilihan terhadap bentuk arsitektur sebagai akibat budaya. Minimalis adalah pola berpikir, bekerja, dan suatu cara hidup. Sebuah cara pandang baru dalam melihat desain sebagai refleksi cara hidup masyarakat urban yang serba praktis, ringan, efisien, dan penuh kesederhanaan.
Rumah minimalis hadir dengan karakter lebih jelas (bentuk dan ruang geometris, sederhana), lebih baik (kokoh), dan lebih kuat dengan ruang-ruang yang kosong (sedikit ornamen dan perabotan). Prinsipnya, semakin sederhana, maka kualitas desain, ruang yang ada, dan penyelesaian bidang struktur harus semakin lebih baik.
Minimum menjadi tujuan sekaligus ornamen itu sendiri yang sederhana dan murni. Garis-garis lurus, bidang-bidang datar yang mulus, terkadang kasar, dan pertemuan bidang yang serba siku tegak lurus. Blocking massa, material, pencahayaan, pengulangan, sirkulasi ringkas, optimalisasi multifungsi ruang dan berurut.
Pemakaian beragam bahan material, seperti kayu, batu bata, batu kali, kaca, beton ekspos, atau baja, tampil murni. Ekspos dominasi bahan material menghasilkan efek berbeda-beda. Penyelesaian mulai dari lantai, dinding, pintu, jendela, lubang angin, skylight, plafon, hingga atap, dengan kombinasi pemakaian bahan secara konsisten. Rangka (beton, baja), dinding (kaca, kayu, beton polos/ekspos, baja, batu kali, batu bata, hebel, batako), pintu dan jendela (kayu, metal), tangga (beton, baja, kayu, fiberglass), skylight (fiberglass), lantai (semen, teraso, keramik, marmer, parquet), plafon (tripleks, gypsum), atau tanpa plafon (beton ekspos, ekspos rangka atap baja, kayu), dan atap (genteng, sirap, baja).
Pemakaian warna-warna cerah (merah, oranye, kuning) pada beberapa bidang ekspos turut memperkuat aksen rumah minimalis dan menjadi titik pusat perhatian lingkungan.
Rumah minimalis menekankan bentuk desain lugas, polos, sederhana, tidak rumit, kompak, dan efisiensi ruang. Kesan minimalis juga tampil pada sikap arsitek, atas persetujuan klien sebagai calon penghuni rumah, untuk ”sukarela” mengurangi (mereduksi) berbagai kebutuhan yang tidak penting. Hanya bagian esensial fungsi rumah saja yang tetap dipertahankan sehingga jika rumah tersebut berkesan minimalis merupakan hasil dari sebuah proses. Keindahan rumah minimalis secara optimal terjadi dari kemurnian fungsi itu sendiri.
Perabotan rumah mengikuti bentuk dasar geometris bangunan, efisien dan fungsional saja. Penataan cahaya lampu yang cermat dan berseni (lampu sorot, lampu tanam, lampu gantung, lampu taman) membuat rumah minimalis tampak lebih artistik pada malam hari.
Rumah dan taman minimalis, keduanya harus berkolaborasi membentuk tatanan ruang luar, bangunan, dan ruang dalam yang seimbang (yin-yang), berjalinan secara harmonis, dan tidak saling mendominasi.
Konsep rumah dan taman minimalis bertujuan meningkatkan nilai suatu ruang keseluruhan (eksterior dan interior). Filosofi minimalis mewakili gaya hidup yang praktis, dinamis, ringkas, efektif, dan efisien, yang diterapkan dalam semua aspek kehidupan termasuk arsitektur bangunan rumah, interior ruang, dan eksterior taman. Kolaborasi rumah dan taman minimalis justru menjadi media komunikasi antara arsitektur dan lansekap dengan bentuk kekontrasannya, keras-lunak, kaku-lembut, mati-hidup, geometris-dinamis, serta antara buatan manusia (budaya) dan alam.
Konsep minimalis Barat cenderung kepada rasional fungsional yang lebih menekankan pada fungsi ruang dan ekspresi kejujuran material. Adapun konsep minimalis Timur sangat dipengaruhi filosofi Zen-Budhisme yang menekankan kesederhanaan, keselarasan, efisien, dan efektif, dan menyimbolkan kekosongan dan keheningan (nilai spiritual) agar setiap ruang yang tercipta jernih, polos, dan bening, sehingga ruang dapat dihayati kebesaran Sang Pencipta. Menjadi minimalis yang alami.
Tahun minimalis
Penataan rumah minimalis mensyaratkan keseluruhan tampilan yang harmonis, perpaduan antara material keras (beton, batu, koral, kerikil, pasir), struktur fisik bangunan dan tanaman, warna-warni eksotik, serta elemen pendukung (lampu, kolam, bangku, patung, perabot). Minimalis mensyaratkan keselarasan bahan, bentuk, warna, dan tekstur dengan kesan ingin yang disampaikan, hangat, intim, romantis, alami, atau futuristik. Permainan warna dengan tema monokromatik, seperti gradasi satu-dua warna primer, menciptakan kesatuan ruang antara rumah dan taman.
Tahun ini memang merupakan tahun rumah dan taman minimalis yang kompak, trendi, dan praktis menjadi pilihan favorit para konsumen rumah, yang dengan jitu dibaca oleh para pengembang properti. Dan masih laris manis.
Rumah minimalis akan terus berkembang seiring kreativitas arsitek, inovasi desain, dan ditunjang kecanggihan teknologi, yang hadir dengan terobosan segar, detail semakin sempurna, dan harga yang semakin terjangkau karena konsep minimalis sebenarnya bertujuan desain fungsional, esensial, dan terjangkau.
Di tengah krisis ekonomi, lingkungan, dan energi (listrik, BBM) telah mendorong berbagai kalangan (arsitek, arsitek lanskap, desain interior, produsen bahan bangunan, dan lain-lain) untuk berpikir ulang paradigma membangun yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kehadiran arsitektur hijau sebagai alternatif pilihan sebenarnya secara sadar sudah dilakukan secara individu oleh berbagai kalangan.
Bangunan dirancang dan dibangun hemat energi (minimalisasi listrik untuk penerangan dan pengondisi udara di siang hari) sesuai iklim tropis. Kreativitas dan pengoptimalan bahan dan teknologi lokal yang sudah teruji akan menghemat biaya pelaksanaan dan perawatan. Rancang bangun membudayakan pemakaian hemat air dan memaksimalkan lahan hijau sebagai sumur resapan air (kebutuhan dan suplai air bersih terjaga seimbang). Rancang bangun mengolah limbah air kotor, septic tank, dan sampah secara kolektif, terpadu, dan tuntas.
Rumah dibangun sesuai dengan kebutuhan utama penghuni rumah. Volume bangunan dijaga agar biaya pembangunan dan perawatan dapat dihemat. Perbandingan koefisien dasar bangunan (KDB, 50-70 persen) dan koefisien dasar hijau (KDH, 30-50 peresen) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat.
Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan (efisien dan efektif), bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih. Pembagian ruang efisien, fungsional, dan jelas hierarkinya.
Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis diwujudkan dengan fungsi-fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga di taman belakang, samping, atau di taman teras atas, serta kamar mandi semiterbuka di taman samping.
Rumah memiliki sistem terbuka yang hadir dengan teras-teras lebar yang meneduhkan (hemat pemakaian kipas angin dan AC), distribusi void-void (taman dalam, kelancaran sirkulasi udara dan cahaya), pintu-jendela tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak) (pasokan udara dan cahaya) dan ketinggian lantai yang rata (perluasan ruang), dinding transparan (kaca, glassblock, fiberglass, kerawang) lengkap dengan lubang angin, atap hijau (rumput, taman) disertai skylight (yang bisa dibuka tutup).
NIRWONO JOGA, Penggiat Arsitektur
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Terima kasih telah membaca artikel tentang Memilih Rumah Sesuai Gaya Hidup di blog Bangun Renovasi Rumah Cheria jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.