ADA tren menarik dari rumah-rumah yang dibangun para pengembang di beberapa perumahan di sejumlah kota, misalnya Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Rumah-rumah tersebut tidak menitikberatkan pada ruang pribadi atau ruang tidur yang besar, tetapi memberi sentuhan besar pada ruang keluarga.
RUANG keluarga tersebut dibuat besar (ukurannya tergantung luas rumah) agar semua anggota keluarga lebih banyak berkumpul, berdiskusi, atau bercengkerama di ruang itu, bukan menyendiri di kamar pribadi. Kesempatan berkumpul atau berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga pun menjadi lebih sering terjadi.
Tren ini terasa menguat dua tahun terakhir, sejalan dengan permintaan pasar yang menghendaki ruang keluarga semacam itu. Tak ayal rumah-rumah menengah ke bawah di perumahan papan tengah pun mulai menekankan hal ini. Tampaknya tren ini akan terus menguat sehingga pada saatnya sebagian rumah di Indonesia mewujud seperti itu: porsi ruang keluarga lebih besar daripada ruang pribadi.
Para arsitek atau ahli desain interior memang pandai merancang ruang yang nyaman. Dinding ruang umumnya transparan (dari kaca), kursi dari sofa yang amat empuk, lantai dari kayu atau papan. Ada pula rak kecil untuk menaruh buku-buku, koran, dan majalah, atau sebutlah foto-foto keluarga berukuran kecil. Jika dirasakan perlu, ada baiknya memasang televisi, CD, DVD, atau perangkat alat musik. Satu atau dua lukisan indah dapat pula dipasang di dinding.
UNTUK menghadirkan udara yang nyaman, ada beberapa pilihan, bisa dengan kipas angin, penyejuk udara (AC), atau dengan membuat beberapa jendela kecil sehingga udara segar dari alam dapat leluasa menyelinap masuk.
Persoalannya, para ahli desain atau arsitek sudah mengatur ruang keluarga yang nyaman, tetapi pemilik rumah kerap terjebak dalam apa yang biasa disebut sebagai "selera rendah". Pemilik rumah suka menumpuk apa saja yang mereka nilai berharga di ruang itu. Jika mempunyai 20 guci porselen, semua ditaruh di sana. Apabila mempunyai empat sofa mewah, semua ingin disesakkan pula di situ. Atau apabila mempunyai sejumlah lampu kristal, semua hendak dimasukkan ke ruang tersebut, sehingga ruang itu tak ubahnya toko yang dipindahkan ke rumah.
Ini mungkin berlebihan. Ungkapan klasik yang biasa diutarakan ahli desain adalah, "Anda boleh kaya seperti raja minyak, tetapi tidak perlulah semua barang mewah dipamerkan di ruang keluarga itu. Ada cara amat elegan untuk (jika perlu) memperlihatkan kemampuan ekonomi."
Maka, jalan yang baik untuk membuat ruang keluarga asyik ditempati adalah meminimalkan barang di sana. Aksesori yang dipasang di ruang itu seperlunya saja dan tentu saja yang mendukung suasana.
Langkah lain, perangkat kursi atau sofa, seyogianya seirama dengan warna dinding, lantai, pintu, jendela, dan gorden. Warna jendela, gorden, karpet (jika dirasa perlu) sangat tergantung selera pemilik rumah. Warna yang agaknya dominan disukai warga untuk jendela, berikut "tulang-tulang" jendela, adalah putih dan warna kayu yang terang.
Bagi yang menekankan warna putih, mungkin karena menyukai cahaya terang, suasana yang cerah, dan bersih. Dominasi warna putih itu biasanya menghadirkan suasana lain jika kaca jendela dari kaca pilihan dan di luar ruang itu terdapat rimbunan kembang aneka warna, daun yang berwarna hijau segar. Jika Anda sedang suntuk, boleh datang ke ruang itu dan meraih suasana nyaman. Segala kemurungan bisa dilepas keluar dari situ. (AS)
Jasa Online Desain dan Pemborong Rumah 021-73888872
Desain Rumah Minimalis Design Interior Eksterior Jasa Renovasi Bangunan Arsitektur Moderen Gambar 3D Animasi
Terima kasih telah membaca artikel tentang Ruang Keluarga untuk Rileks di blog Bangun Renovasi Rumah Cheria jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.